Sabtu, 03 Maret 2012

ibu dan harapanku


                                     

Matahari telah bergeser dan cahayanya pun pergi. Ramainya jalan menghiasi ibukota saat itu.  Adzan pun dilantunkan di masjid masjid dan mushola.  Aku dan ibu bergegas ke masjid untuk sholat. Ya.. dialah yang selalu ada untukku lebih dari sahabat, temen, bahkan pujaan hati. Ibu yang menafkahi aku setelah ayah meninggal saat aku berumur 5 tahun.
Malam ini ibu berjanji untuk menceritakan tentang masa kecilku. Rasanya tak sabar aku mendengar cerita ibu. Katanya yang lembut dan mendidik itu memperjelas akan kehidupan ini. Aku senang sekali jika Ibu seperti ini.
Ternyata masa kecilku lumayan menyenangkan. Selalu dimanja, dididik dan diberi kasih sayang cukup. Sayangnya kebahagiaanku bersama ayah tidak sampai umurku sekarang. ingin sekali ayah disini melihatku sudah memakai seragam SMA.
Yah… walaupun hidupku berstatus “sangat sederhana” tapi aku selalu merasa cukup dan selalu mensyukuri keadaanku. Ibuku selalu berkata  padaku kalau kita harus belajar berterima kasihlah kepada Allah SWT. Akupun juga menyadari kalau aku hanyalah orang yang tidak mampu dalam hal materi. Makanya aku ngga punya teman. Karena orang orang disini emang pilih kasih.
Aku selalu bersabar menghadapi kesedihan dan ketidakadilan itu menerima perkataan mereka. Caci maki mereka dan sindiran mereka. Aku menganggap semua itu hanya angin lalu. Bahkan aku pernah diusir dari masjid karena aku adalah orang miskin, yang tidak pantas untuk masuk kerumah Allah SWT. Betapa sakit hati ini. Sakit sekali ujian yang di berikan Tuhan. Namun aku harus melewati ini. Karena inilah tantangan hidupku.
Aku juga pernah bertanya pada ibu “ ibu, mengapa Tuhan memberikan semua ini untuk kita ? padahal kita selalu berdoa dan beribadah. Apa Tuhan tidak mendengar doaku ?? atau kita memang tidak pernah meminta dihadapannya ?”. lalu dengan sedikit tersenyum ibu menjawab pertanyaanku “ sabar nak, Tuhan sedang menguji iman kita, kamu harus bersyukur, jadilah anak yang baik ya nak “
Sejak saat itulah aku berharap kepada Tuhan, aku harap Tuhan mengabulkan doa-doa sederhanaku. Aku ingin sekali menjadi penulis atau pengarang sebuah cerita. Aku memang hobi mengarang cerita, apalagi membaca cerita.
Doa ibu juga selalu menyertai harapan kecilku itu. Kelak, suatu saat nanti jika sudah menemukan “ ini aku “ aku akan mengangkat keluargaku dari kemiskinan dan akan membentuk keluarga bahagia tanpa adanya ketidak adilan , tetapi tetap menjadi keluarga yang sederhana.
                                                Doa Ibu selalu menyertaiku